Dosen MIK Unsoed Lakukan Pendampingan KWT di Cilacap

CILACAP – Tim Pemberdayaan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) melakukan pendampingan kepada anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap.

Hadir dalam kegiatan itu, Ketua Tim Riset Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Unsoed yang merupakan salah satu dosen Program Magister Ilmu Komunikasi Dr Toto Sugito, S.Sos, M.Si, beserta dosen Program Magister Ilmu Komunikasi Unsoed Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si sebagai Instruktur Tim Pemberdayaan, mahasiswa Program Magister Ilmu Komunikasi Unsoed Drs. Prasetiyo selaku narasumber, Penyuluh Pertanian Kecamatan Maos Arina Nofriasih SP, Kepala Desa Mernek serta 35 anggota KWT Desa Mernek.

Ketua Tim Riset dan Pemberdayaan Unsoed Dr Toto Sugito mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan guna mewujudkan Desa Mernek sebagai desa mandiri sejahtera.

Menurutnya, anggota KWT Desa Mernek harus bersatu dan bergotong royong untuk memajukan desanya, menuju desa mandiri sejahtera. Diharapkan, mereka dapat memanfaatkan potensi lahan pekarangan untuk pertanian, peternakan maupun budidaya.

“Kalau semua potensi itu dimaksimalkan, alangkah baiknya warga Desa Mernek tidak beli kangkung ke luar Desa Mernek, daging ayam dan ikan tercukupi sendiri, sehingga ketahanan pangan di desa ini semakin mandiri,” ujar Toto.

Selain itu, Desa Mernek juga bisa dikembangkan sebagai desa internasional. Pasalnya, banyak warga yang menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan telah kembali menetap. Mereka dinilai punya potensi yakni terampil dalam berbagai bahasa asing.

“Sangat mungkin di desa ini dikembangkan sebagai desa internasional, dikemas menjadi kawasan edukasi kursus bahasa asing. Misalnya, ada sekelompok anak sekolah ingin kursus praktis bahasa asing di sini, maka nanti home stay juga akan ikut tumbuh. Apalagi di desa ini ada kawasan wisata edukasi. Nanti bisa disinergikan. Seperti di Pare, Jawa-Timur yang dikenal sebagai kampung Inggris,” ujar Toto.

Sementara itu, Pakar Pemberdayaan Masyarakat Unsoed, Adhi Iman Sulaiman, mengatakan, kunci pembangunan pedesaan adalah pemberdayaan sosial dan ekonomi yang melibatkan partisipasi masyarakat untuk merumuskan dan melaksanakan program pembangunan berdasarkan kebutuhan, potensi dan permasalahan.

Menurutnya, perlu adanya dukungan dan kemitraan dari berbagai pihak secara kolektif, seperti dari swasta/perusahaan dengan program CSR-nya, dan akademisi dengan riset dan pengabdian masyarakat serta pemerintah dengan kebijakan dan anggarannya.

“Pemberdayaan menjadikan pembangunan itu milik bersama, tanggungjawab bersama dan mensejahterakan bersama sebagaimana budaya gotong royong,” tegas Adhi.

Ketua KWT Desa Mernek, Iis Yuniarti mengatakan, ada empat kelompok anggota KWT Desa Mernek yang mengelola bantuan CSR Pertamina. Yakni kelompok Sri Rejeki, Bunga Desa, Mewah dan Mekarsari.

“Kami sangat merasakan manfaatnya bantuan itu. Kami berharap, bantuan itu terus berlanjut di tahun depan, dan Tim dari Unsoed mengawal pemberdayaan di Desa Mernek,” katanya.

-RD

Scroll to top